Identitas Buku
Judul buku : Macaroon Love – Cinta Berjuta Rasa
Pengarang :
Winda Krisnadefa
Penerbit :
Qanita (PT. Mizan Pustaka)
Terbit : Maret 2013
Tebal buku :
264 hlm, 18cm
Harga Buku :
Rp. 47.000,-
Nama, keluarga, kepribadian, dan
selera, semuanya aneh. Jodhi, ayah yang hanya dapat ditemuinya dua bulan dalam
setahun. Memiliki sepupu dengan nama yang tak kalah aneh, Beau. Serta
dibesarkan oleh Nene sang nenek nyentrik. Itulah Magali. Perempuan anti mainstream, terutama untuk urusan
makanan. Makan french fries dicocol
es krim sundae, itu hal biasa
baginya.
“Andai namaku bukan Magali.”
Masih menjadi birthday wish-lebih
tepatnya ritual-di ulang tahunnya yang ke-24 sebelum ia bertemu dengan Ammar. Pria
pemilik restoran “Suguhan Magali”. Pria yang mulai mengubah cara Magali
memandang dan menilai namanya. Pria yang mengenalkan Magali pada rasa teraneh,
rasa cinta (?).
***
Cover dan judulnya sangat menjual, suka. Sayang, blurb kurang menarik. Terlalu biasa.
Tidak membangkitkan rasa penasaran.
Di awal novel, pembaca akan
disuguhi dengan deskripsi mengenai para tokoh dan kehidupannya. Pergulatan
batin, atau ingatan masa lalu para tokoh akan banyak ditemui, terutama tokoh
Magali. Sekilas mungkin terlihat membosankan, tapi kata-kata yang diramu
menjadi kalimat oleh penulis ringan dan mudah dimengerti, membuatnya tolerable. Bahkan menjadi bagian penting
yang bila dilewatkan akan merusak rangkaian cerita.
Karakter utama perempuan di novel
ini bukan tipe yang mudah disukai. Sebagai pembaca, aku sendiri tidak terlalu
menyukai karakter Magali.*ditimpuk fans Magali* Karakternya sinis, pesimis, dan
sering memandang orang lain dengan cara yang negatif (atau tidak menyukai
mereka) hanya karena orang itu terlalu mainstream
menurutnya. Menurutku karakter Magali ini memiliki sedikit kontradiksi, ia
ingin namanya normal seperti kebanyakan orang, tapi tidak suka disamakan dengan
orang lain. Jadi ingat kata-kata Jodhi, “Normal itu ukurannya siapa, sih? ….”
(hlm. 18).
Sebaliknya, aku menyukai karakter
Ammar. Pria dengan sifat ceria, optimis, supel, percaya diri tinggi bahkan SKSD,
seperti ketika pertama kali bertemu Magali di McD. Juga tidak ragu-ragu
menunjukkan perhatian dan sayangnya pada orang yang dicintai. Aku juga suka
karakter Jodhi. Ayah yang bijaksana dan cukup sabar memiliki anak seperti
Magali.
Membaca novel ini tidak banyak
menguras emosi dan air mata. Tapi mampu membuat aku senyum-senyum dan cekikikan
sendiri saat membaca adegan romantisme antara Magali dan Ammar. Sampai aku ikut
dibilang aneh waktu baca novel yang penuh dengan kata ‘aneh’ ini. Endingnya predictable, tapi prosesnya lezat, seperti wisata kuliner lewat
buku. Sampai setengah perjalanan cerita aku masih bertanya-tanya di mana peran macaroon pada novel ini. Sebagai kata
yang digunakan untuk judul, perannya kurang kuat. Sedikit terkejut ketika
Magali diberi cobaan beruntun oleh penulis di ¾ cerita. Cerita diakhiri dengan hidangan
yang cukup manis oleh penulis. 3 hal yang akan diingat selesai membaca, yaitu macaroon
(karena gambar cover), Magali
(namanya yang tidak umum), dan aneh
(kata ini bertebaran di dalam novel).
Bagaimana? Tertarik membaca Macaroon Love? Jangan khawatir, novel
ini bisa dilahap habis sebagai dessert
setelah dinner. Recommended jika sedang mencari bacaan yang ringan dan tidak
memeras otak. Akan lebih nikmat jika dihidangkan bersama video ini biar lebih terasa
macaroon-nya. Hehe.
Loving You - Suju KRY, OST Panda and Hedgehog
Kepada penulis, penerbit, dan fans “Macaroon Love” mohon maaf kalau ada pendapatku yang tidak sesuai. Meminjam kalimat Magali, selera itu personal sekali bukan? Aku hanya menuliskan pendapat dari point of view pembaca. Seperti kata Ammar, bahwa point of view konsumen itu paling penting! :D. (mandapanda)
mandapanda eat Macaroon Love, yummy!
Tembalang, Semarang
13 Juli 2013
02.51 WIB
Lama kali tdk update
ReplyDeleteaku pengen baca nih novel, blm kesampaian
I think this is an informative post and it is very useful and knowledgeable. therefore, I would like to thank you for the efforts you have made in writing this article on read more
ReplyDelete