Waktu libur lebaran 2012 lalu di rumah disuruh bersih-bersih, beres-beres, dan memilah-milah barang-barang dari jaman dulu. Eh, gak sengaja nemu tulisan dari masa-masa SMA. Salah satunya tentang "Adat Pernikahan Bengkulu Selatan" ini. Tulisan ini dulu dibuat untuk tugas pelajaran kesenian. Supaya semua orang bisa kenal dengan Bengkulu Selatan yang tercinta, maka penulis akan berbagi info ini. Nih tulisannya....
Pada zaman dahulu jika ingin mengadakan pernikahan diadakan
beberapa acara yang memakan waktu cukup lama. Biasanya yang pertama kali
dilakukan adalah bedendang mutus tari. Disebut bedendang mutus tari karena di
dalam acara ini ada lantunan syair-syair, pantun, atau ayat-ayat suci
Al-qur’an. Yang melakukan bedendang ini semuanya harus bapak-bapak, minimal 10
orang. Alat yang digunakan adalah vocal, rebana, dan biola. Dalam bedendang
mutus tari ini juga dilakukan beberapa tarian seperti tari selendang, tari
saputangan, tari mak inang, dan lain-lain.
Setelah
bedendang mutus tari diadakan acara gegerit. Sebagai acara pembuka dalam
gegerit dilakukan tari andun kebanyakan, tari andun ini caranya maju 7 langkah,
mundur 4 langkah. Selanjutnya diadakan tari andun lelawanan. Orang yang
mengatur dalam tari andun lelawanan disebut bujang inang. Kostum dalam tari
andun lelawanan bagi wanita adalah kebaya, sanggul, kain, dan selendang, bagi
laki-laki adalah peci, jas, kain, dan kemeja. Yang melakukan tari andun lelawanan
ini harus benar-benar masih bujang dan gadis, jika ada yang ketahuan tidak
bujang atau gadis tapi menari akan dikenakan sanksi (tejambar).
Besok
paginya, bimbang makan sepagi. Orang-orang berkumpul di blanar sambil makan
juada dan minum the atau kopi. Setelahnya pergi ke atar-atar (arena tempat
menari), di sana diadakan tari tumbah kebau. Tariannya tetap tari andun tapi
sambil mengelilingi kerbau yang matanya diikat/ditutup dan disekelilingnya
terdapat ayam, buah kelapa, dan sirih, artinya ayam untuk saudara jika kerbau
tidak mencukupi, buah kelapa untuk santan, dan sirih untuk cuci mulut setelah
makan. Tari ini dilakukan sebanyak 7 putaran, pada putaran ke-7 pengantin
melempar tombak/lidi kea rah kerbau. Ini maknanya kerbau sudah boleh dibawa
pulang dan dimasak. Setelah itu, dilakukan tari andun lelawanan lagi, sampai
tua kerja memanggil dan mengatakan bahwa masakan sudah siap.
Selanjutnya
orang-orang sudah boleh pulang. Ketika sudah sampai di depan rumah menantu
belum boleh masuk sebelum memenuhi satu syarat lagi. Yaitu, menantu harus
menari andun lagi yang disebut tari palak tanggau. Setelah menantu selesai
menari dan pada saat menghadap ke timur ditangkap dengan selendang. Maknanya,
ini sebagai pengumuman kepada masyarakat luas bahwa dia telah diambil sebagai
menantu dan tidak boleh lagi diganggu gugat.
No comments:
Post a Comment