Saturday, November 10, 2012

Rumah Itu......

Cerpen ini ditulis pada masa transisi antara SD-SMP, heheheh.....
Ditemukan waktu beres-beres rumah pas libur lebaran 2012, hohoho
Begini ceritanya....


Cerita ini bermula ketika keluarga Pak Mustofa pindah ke sebuah rumah di kota kecil, mereka pindah karena Pak Mustofa dipekerjakan di sebuah kantor di kota itu. Pak Mustofa mempunyai seorang anak perempuan bernama Vira, ia disekolahkan di SD Padas, ia satu sekolah dengan kedua tetangganya Vina dan Feri. Mereka bertiga sangat akrab, mereka setiap hari pergi dan pulang sekolah bersama.
        Suatu siang mereka pulang sekolah sambil berbincang-bincang tentang sebuah rumah di ujung jalan yang menurut kabar angin berhantu, dan mereka memutuskan untuk menyelidiki rumah itu. Setelah makan siang mereka berkumpul dan langsung pergi ke rumah misterius itu. Setelah sampai di sana mereka mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, dan terdengar jawaban dari dalam “Siapa itu?”, dan ketika pintu terbuka terlihat seorang lelaki yang berjalan terseok-seok. Tak lama kemudian mereka bertigasudah duduk di dalam rumah misterius itu sambil berbincang-bincang dengan lelaki penghuni rumah itu. Setelah puas berbincang-bincang mereka bertiga pamit pulang. Di perjalanan pulang mereka masih asyik membicarakan perbincangan mereka tadi dengan lelaki pemilik rumah misterius yang aneh tingkah lakunya, akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan penyelidikan terhadap rumah misterius itu.
        Tak terasa telah seminggu berlalu sejak mereka bertiga memulai penyelidikan terhadap rumah misterius itu, dan sampai saat ini mereka belum membuahkan hasil. Suatu malam Vira mendengar tangisan seorang wanita dari rumah itu. Keesokan harinya Vira menceritakan kejadian yang dialaminya tadi malam kepada Vina dan Feri, dan mereka memutuskan untuk mendatangi rumah misterius itu lagi sepulang sekolah nanti. Setelah makan siang, mereka pamit kepada kedua orang tua mereka dan langsung menuju ke rumah misterius. Sesampainya di rumah misterius mereka mengintip dari jendela ke dalam rumah misterius. Terlihat sebuah kamar terbuka, padahal kata lelaki tua yang pernah mereka temui di rumah itu kamar itu adalah sebuah gudang yang tidak terpakai lagi karena ketika pintu itu dikunci, kuncinya patah. Dari dalam gudang itu terdengar suara tangisan seorang perempuan, “Itu suara tangisan yang aku dengar tadi malam.” Kata Vira. Tiba-tiba Feri terbatuk, terdengar suara bentakan dari dalam rumah itu, “Siapa itu!!!”. Mereka bertiga segera bersembunyi dan melihat lelaki tua yang pernah mereka temui di rumah itu keluar, mereka melihat lelaki tua itu berjalan dengan tegapnya sedangkan seminggu yang lalu mereka bertemu dengannya lelaki tua berjalan terseok-seok. Setelah lelaki tua itu masuk ke dalam kembali mereka segera pulang. Di perjalanan mereka masih terheran-heran melihat perubahan yang terjadi pada lelaki tua itu.

        Esoknya di sekolah, ketika jam istirahat mereka bertiga masih membicarakan kejadian kemarin di rumah misterius itu, kemudian meraka berencana untuk ke rumah itu lagi, tapi kali ini mereka akan pergi malam hari. Malamnya mereka berkumpul mereka sudah membawa senter dan peralatan yang diperlukan. Mereka tiba di rumah misterius itu pukul 8 malam, tepat ketika Vira mendengar suara tangisan itu malam kemarin. Ketika mereka mengintip ke dalam gudang melalui jendela terlihat wajah seorang perempuan yang meyeramkan, spontan saja mereka terkejut dan sebelum mereka bertiga sempat melakukan sesuatu perempuan itu berbicara.
“Jangan takut saya bukan hantu.” Ia berkata lembut, “ Nama saya Veni, saya pemilik rumah ini yang sebenarnya!” Kata perempuan itu dengan suara lirih.
“Jaa….ja….jadi lelaki tua yang kami temui seminggu yang lalu itu siapa?” tanya Vina gemetar.
“Oh….orang itu namanya Dibyo. Dia orang jahat!!!” Katanya marah.
“Kenapa kamu bisa bilang dia jahat, kemarin ketika bertemu kami dia sangat ramah pada kami?” Tanya Vira keheranan.
“Karena dia telah membunuh ayah dan ibuku!!!” Katanya marah.
“Lalu mengapa ia tidak membunuhmu?” Tanya Feri penasaran.
“Karena sebelum ayahku meninggal, ia mewariskan tanah berserta rumah ini padaku. Jadi Pak Dibyo itu tidak dapat memiliki rumah ini tanpa ada surat yang kutandatangani yang di dalamnya menyatakan bahwa aku menyerahkan rumah ini padanya!” Kata Veni sedih.
“Jadi kamu selama ini…?” Tanya Vina.
“Saya disiksa, karena tidak mau menandatangani surat tanah dan rumah ini!” Jawab Veni. “Kalian mau kan menolong saya?” Tanyanya penuh harap.
Vina, Vira, dan Feri saling berpandangan. “Tentu saja kami setuju!!!” Jawab mereka bertiga bersamaan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju gudang. “Cepat kalian pergi!” Kata Veni. “Jangan lupa, besok kemari lagi ya!” Pesannya. Mereka bertiga langsung beranjak pergi. Terdengar suara jeritan Veni yang memilukan.
        Esoknya di sekolah, Vira, Vina, dan Feri menyusun rencana untuk membebaskan Veni dari cengkraman Dibyo yang ingin menguasai rumah misterius itu. Malamnya mereka kembali menemui Veni dan menceritakan rencana yang sudah mereka persiapkan untuk membebaskan dirinya. Dan mereka sepakat akan melaksanakannya besok malam.
        Keesokan malamnya, mereka bertiga sudah bersiap-siap menuju ke rumah misterius itu dengan membawa peralatan yang diperlukan. Sesampainya di rumah Veni atau rumah misterius, mereka langsung menjalankan tugas masing-masing. Pertama Vina mengalihkan perhatian Pak Dibyo dengan cara menemuinya dan mengajaknya ngobrol, sementara Vira dan Feri mengeluarkan Veni dari gudang. Tetapi hal yang tidak diduga terjadi, Pak Dibyo bosan mengobrol dengan Vina, ia marah dan mengusir Vina dari rumah itu dan langsung menuju ke gudang dan melihat Vira dan Feri berusaha mengeluarkan Veni dari gudang, iapun marah dan langsung mengejar Vira, Feri, dan Veni. Untungnya Vina sebelumnya sudah menghubungi polisi, dan tepat ketika Dibyo keluar dari rumah dengan maksud mengejar Vira, Feri, dan Veni polisi langsung meringkusnya, dan Veni segera dilarikan ke rumah sakit karena tubuhnya penuh luka akibat disiksa oleh Dibyo.
        Seminggu kemudian pengadilan menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada Dibyo karena telah menyiksa anak di bawah umur yang seharusnya mendapatkan perlindungan. Sebulan setelah kejadian itu keadaan Veni telah pulih, dan ia bersekolah di sekolah yang sama dengan Vina, Vira, dan Feri mereka berempat pun bersahabat sangat akrab.
        Akhirnya tabir rumah misterius yang dianggap orang berhantu telah terbuka oleh Vina, Vira, dan Feri. Ternyata rumah itu tidak berhantu.


= TAMAT =

1 comment: